Akhir 2016 kemarin, kami bertiga (Yasser,Krisna dan Alix) melakukan perjalanan kembali dengan mobil pribadi yaitu Nissan Xtrail yang sering kami gunakan di perjalanan sebelumnya. Pada kesempatan kali ini kami akan menyampaikan cerita perjalanan kami pulang pergi dari Jakarta ke Larantuka. Perjalanan ditempuh sekitar 5000 Km dalam 8 hari.
Etape 1
Jakarta-Sape
Setelah berbulan-bulan persiapan, akhirnya kami berangkat dari Jakarta pada 30 Desember pukul 14:30. Pada waktu itu Krisna masih ada keperluan, sehingga hanya Yasser dan Alix yang berangkat duluan. Krisna nanti akan menyusul dengan pesawat , dan akan bertemu di Surabaya. Melalui jalur pantura, kami tidak banyak singgah. Pada waktu itu jalur pantura juga cukup lancar. Kami berhenti di Rest area tol Cipali Km.86 untuk shalat dan membeli persediaan air dan makanan kecil selama perjalanan. Kami melanjutkan perjalanan sampai matahari terbenam dan singgah di Rest Area SPBU MURI setelah kota Tegal, kami shalat dan isi bensin. Tidak lama kemudian , kami singgah lagi di Rm. Soto 183 di pinggiran kota Pekalongan. Kami berhenti makan malam dan ngopi sejenak. Sejak saat itu kami tidak berhenti sampai tujuan kami yaitu Surabaya, tempat dimana kami berdua akan bertemu dengan Krisna.
Hari Sabtu 31 Desember, tepat pukul 4:36 pagi, kami tiba di Hotel Cleo tempat Krisna menginap. Setelah shalat dan mandi, kami berangkat dari Hotel tersebut pada pukul 5:40. Kami bertolak dari Surabaya menuju Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Tidak lama kemudian kami berhenti isi bensin di Rest Area Tol Surabaya-Gempol Km.26 di Sidoarjo. Kami berhenti lagi di dekat Kawasan Paiton, kami singgah makan siang khas jawa timur di warung kecil di pinggiran jalan.
Pemandangan selama perjalanan sampai Pelabuhan Ketapang, dikelilingi hutan-hutan yang masih lebat, karena memasuki kawasan Taman Nasional Baluran.
Kami tiba di Pelabuhan pukul 12:35 . Kami beruntung saat itu karena pelabuhan masih tidak terlalu ramai. 13.00 mobil kami sudah berada diatas kapal. Biaya ferry untuk mobil pribadi yaitu Gol IVA adalah Rp.138,000. Memang , jarak antara kedua pelabuhan tidak terlalu jauh, ferry seharusnya bisa sampai dengan waktu tempuh 20 menit, namun karena padatnya pelabuhan, kapal-kapal ferry ini harus menunggu giliran untuk merapat. Sehingga total waktu tempuh ferry ini bisa menjadi 1 bahkan 1 setengah jam.
Pemandangan jalan ke pelabuhan ketapang |
Diatas Ferry Ketapang-Gilimanuk |
Berada di tempat tidur supir |
Suasana tahun baru 2017 di atas kapal
Tepat pukul 00.00 1 Januari 2017 , salah satu kru kapal menembakkan pistol suar berkali-kali untuk merayakan tahun baru. Merupakan salah satu pengalaman yang unik bagi kami. Perjalanan dari Pelabuhan Padangbai sampai Pelabuhan Lembar kutang lebih 4 jam. Untuk mobil kami , biaya yang diperlukan adalah Rp.790,000. Pukul 00.40 kami merapat di Lembar. Karena bensin sudah menipis, kami bergegas mencari pom bensin yang masih buka. Setelah isi bensin, kami langsung menuju Pelabuhan Kayangan . Jalanan di Lombok sangat sepi. Perjalanan ditempuh kurang lebih 95 Km. Pukul 2.35 WITA dini hari kami sudah sampai di Kayangan. Kami menunggu kurang lebih 20 menit menunggu kapal. Perjalanan akan menempuh kurang lebih 2 jam . Dengan biaya untuk kendaraan pribadi seperti kami adalah Rp.430,000. Kami beristirahat sebentar di dek yang ber AC. Yang diberi tarif Rp.10,000 per orang.
Pukul 4.45 kami tiba di Pulau Sumbawa. Dari pelabuhan kami menuju Masjid terdekat untuk shalat shubuh. Matahari terbit setelah kami melaksanakan shalat shubuh. Pukul 5.05 start dari Masjid
Masjid Desa Pototano |
Antah Berantah di Sumbawa |
Setelah matahari terbit baru terlihat keindahan Pulau Sumbawa. Pemandangan pinggir jalan di Sumbawa tidak ada yang tidak bagus. Sehingga seringkali tertunda untuk berfoto-foto dan menikmati pemandangan alam Sumbawa. Sepanjang jalan di Sumbawa, kami disuguhkan pemandangan alam yang indah, dari bukit-bukit yang hijau ,laut biru, dan megahnya gunung Tambora dari kejauhan. Selain pemandangan alamnya, hal yang menarik juga adalah Jalan utama Sumbawa yang dibangun oleh kerjasama antara Indonesia dengan Australia, jadi jalan yang kami lalui hampir tidak ada kerusakan sama sekali.
Setelah 350 Km, kami memasuki daerah yang baru saja dilanda musibah. Yaitu kota Bima yang baru dilanda banjir. Kami menyaksikan aktivitas di kota Bima pasca banjir. Banyak masyarakat Bima yang saling membantu mengumpulkan puing-puing bangunan dan sampah.
Pinggir Jalan di Kota Bima |
Lepas dari kota Bima, ada jembatan putus yang berada di daerah Kodo, saat itu masih dalam tahap pengerjaan jembatan darurat. Dari jalan utama kami dialihkan ke jalan Dodu-Sape, yang jalannya sangat kecil, sampai-sampai harus bergantian jalan dengan arah lawan.
Pembangunan Jembatan darurat |
Pelabuhan Sape tampak sepi, hanya terlihat truk-truk yang parkir menunggu kapal berangkat. Kantor ASDP pun masih tutup. Lalu kami bertanya mengenai kepada orang yang ada di dekat kantor. Katanya ferry ke Labuan Bajo hanya berangkat 1x sehari. Dan kapal akan berangkat jika hanya cukup penumpang. Bila tidak ada penumpang , ferry tidak mau jalan. Kami berkenalan dengan beliau dan bertukaran nomor HP, namanya bapak Taqdim. Pak taqdim bersedia membantu kami dengan mengantrikan dan membelikan tiket kapal untuk mobil kami untuk besok pagi pukul 8.00. Pak Taqdim menganjurkan untuk menginap dahulu di Sape. Karena belum makan siang , kami makan siang di rumah makan lokal ayam taliwang. Banyak ditemui hotel dan losmen di sepanjang jalan ke Pelabuhan. Setelah kami survey hotel yang cocok. Kami memilih Hotel De Aussaf yang sekiranya paling bersih dan nyaman. Kami mandi dan berbaring sebentar.
Kamar Hotel De Aussaf |
Berwisata di Pelabuhan Sape |
Keesokan paginya kami ditelepon Pak Taqdim , bahwa ada kapal hari ini jam 08.00 ke Labuan Bajo, kami langsung bersiap-siap, mandi dan menuju pelabuhan.
Etape 2
Sape-Labuan Bajo
Pelabuhan Sape |
Pukul 7:00 kami sudah meninggalkan hotel De Aussaf. Di pelabuhan kami bertemu Pak Taqdim , katanya mobil kami sudah didaftarkan, dan mobil kami urutan no.1. Karena kami belum sarapan , kami mengajak pak Taqdim sarapan di salah satu warung nasi di pelabuhan. Setelah sarapan, kami mengobrol banyak dengan beliau , mulai dari keluarganya sampai pekerjaannya di pelabuhan.
Foto dengan Pak Taqdim |
Setelah sarapan , kami kembali ke mobil. Sudah lewat jam 8 , namun loket tiket pun belum buka. Kami mematikan mesin mobil ,kami duduk diluar dengan bangku kecil. Krisna jalan-jalan di area pelabuhan
Pukul 9.00 Pak Taqdim memberi kabar, dia memberi tiketnya kepada kami, lalu kami memberi uang tiket kapal serta jasa yang ia berikan. Kami berterimakasih dan berpisah dengan beliau. Pukul 9.25 mobil kami dipanggil pertama dan masuk ke dalam kapal. Setelah sampai diatas kapal, kami mencari posisi tempat duduk yang paling enak. Kondisi kapal yang kami naiki cukup baik. Kapal ini dioperasikan oleh perusahaan swasta yaitu PT.Dharma Lautan Utama. Ongkos untuk mobil seperti kami yaitu Rp.1,180,000
Kapal baru berangkat pada pukul 11.15. Perjalanan dari Sape sampai Labuan Bajo diperkirakan 7 jam. Tidak banyak yang bisa dilakukan selama perjalanan selain beristirahat.
Pemandangan diatas kapal sebelum berangkat |
Labuan Bajo sudah nampak dari kejauhan |
Pukul 17.30 Kapal merapat di Labuan Bajo. Kami singgah di masjid untuk shalat maghrib, lalu makan di Rumah makan Padang.
Etape 3
Labuan Bajo-Ende
Pukul 19.05 start dari rumah makan padang. Setelah beberapa kilometer dari labuan bajo. Jalanan dikelilingi oleh bukit-bukit dan hutan yang lebat. Kondisi jalan dari Labuan bajo sampai Bajawa sebenarnya cukup baik, namun karena melewati perbukitan, seringkali ditemui tikungan tajam berbentuk V. Bahkan banyak juga tikungan berbentuk V yang menanjak. Sehingga perjalanan 10km terasa sangat lama. Alat navigasi seperti GPS sangatlah membantu untuk melihat tikungan tikungan yang akan datang. Kami beruntung,karena beberapa tahun terakhir jalanan ini Kondisinya sangat parah . Karena beberapa waktu lalu diadakan Tour de Flores, sehingga jalanan di Flores banyak diperbaiki.
Kami mampir shalat subuh di suatu masjid yang letaknya sudah tidak jauh dari kota Ende. Setelah bertolak dari masjid, jalanan yang semula dikelilingi bukit-bukit. Sekarang kami disuguhkan pemandangan pesisir Selatan Pulau Flores yang apik.
Kami mampir sebentar menikmati pagi hari di pesisir pantai Selatan pulau Flores. Karena bensin sudah menipis, kami langsung mampir di pom bensin di pinggiran kota Ende. Mobil dan motor yang mengantri sudah banyak. Setelah bertanya kepada pengendara motor yang sedang mengantri. Ada pom bensin satu lagi di dalam kota. Kami meninggalkan pom bensin tersebut dan menuju pom bensin yang ada di kota Ende.
Rencana awal kami dari Jakarta sampai kemari yaitu ke pulau Timor bahkan sampai ke Dili ibukota Timor Leste. Dari hari hari sebelumnya kami sudah tidak yakin akan kapal yang menyebrang dari Ende ke Kupang. Dikarenakan jadwal yang tidak jelas karena dikelola oleh perusahaan non pemerintah (PT.Flobamor) juga ombak dan cuaca yang tidak menentu di perairan NTT. Ende adalah salah satu tempat berlabuhnya kapal penumpang dari pulau Timor yang ada di Flores. Meski tidak yakin dengan adanya kapal, kami mengunjungi pelabuhan penumpang lokal. Memang ternyata sesampai di pelabuhan, tidak terlihat ada aktivitas apa apa. Sehingga kami harus merencanakan perjalanan selanjutnya selepas dari Ende.
Dari pelabuhan selagi memikirkan perjalanan, kami singgah sarapan di warung nasi di tengah kota. Akhirnya kami memutuskan untuk mengunjungi tempat wisata yang tidak terlalu jauh dari Ende yaitu taman Nasional Kelimutu. Sekitar 40-50 Km dari pusat kota Ende menyusuri jalan utama ke arah Maumere. Lalu dilanjutkan sekitar 10 km masuk kedalam taman Nasional Kelimutu dengan jalan kecil yang luar biasa tikungannya. Dapat ditempuh sekitar 2 jam dari kota Ende
Sesampai di atas, cuaca mendung sehingga sangat dingin. Pada saat kami datang pada pukul 10an tidak terlalu ramai karena Kelimutu ini ramai dikunjungi saat sunrise. Mendaki sampai ke kawah ketiga cukup landai dan sudah tersedia tangga,sehingga mudah sampai ke puncak ketiga meski cukup menguras tenaga. Saat kami menuju ke puncak ketiga, kabut turun sehingga kawah tidak terlihat jelas. Sampai atas terdapat semacam monumen puncak dari gunung Kelimutu, dimana kita bisa melihat ketiga kawah gunung Kelimutu yang terbilang unik warnanya.
Selang beberapa menit, kabut mulai menghilang. Pemandangan ketiga kawah Kelimutu mulai terlihat dengan jelas.
Kami sampai di Larantuka sekitar pukul 11:30an , habis isi bensin, kami langsung menuju Pantai Weri yang letaknya di bagian paling Timur Flores. Kami tak berlama-lama di Pantai Weri karena siang itu sangatlah terik. Di Larantuka kami pergi shalat dan makan siang di warung makan padang di tengah kota. Sekitar pukul 1:15 kami bertolak dari Larantuka. Tujuan kami selanjutnya adalah kembali ke Jakarta.
Di Pantai koka kami bertemu akan seorang ibu-ibu penjual warung di dekat situ.Yang pada waktu itu kami adalah pengunjung terakhir, dan ia juga akan mau pulang ke rumahnya. Karena kami baru sampai, ia menunggu kami sampai selesai berkunjung. Kami mampir di warungnya sambil ngopi jahe khas Flores. Katanya ibu-ibu itu tidak mau berlama-lama di Pantai, karena katanya angker. Katanya, baru beberapa hari yang lalu ada seseorang yang mencoba berenang di Pantai ini. Padahal dilarang, karena ombak yang sangat besar. Orang tersebut hilang dan baru ketemu jasadnya beberapa hari kemudian. Tidak lama, ada seorang bapak-bapak yang bergabung di tengah-tengah kami. Ia katanya adalah seorang guide lokal dan seorang pemilik penginapan di Pantai Koka. Ia bercerita banyak mengenai Pantai Koka, dan Flores.
Setelah berpamitan, bapak tersebut menganjurkan untuk datang kembali ke Pantai koka lain waktu.
Kami jalan malam, sesampai di Ende, Yasser dan Krisna mencari temannya yang berdagang kain tenun khas Flores. Kami dibawa ke rumah si pedagang tersebut dan memilih kain pilihan yang katanya tidak dijual di toko. Setelah nego harga, karena lapar kami mencari makan malam. Kami makan di warung nasi goreng jawa di pinggir jalan.
Kami berkenalan dengan seseorang di warung tersebut. Kami berbagi pengalaman , dan bercerita banyak. Ia adalah Pak Berto, seorang polisi yang berasal dari Timor dan ditugaskan di Ende. Kami bercerita akan tujuan perjalanan kami ke Timor. Lanjutnya, ia bercerita macam-macam saat ditugaskan di Timor saat konflik. Setelah makan kami bertukar kontak dengan teman baru kami Pak Berto.
Setelah isi bensin , kami jalan malam , dan hanya berhenti singgah shalat shubuh di Masjid yang kami singgahi sebelumnya di Ruteng. Perjalanan cukup lancar sehingga sampai Labuan bajo tepat pukul 8:45 kami sampai di Pelabuhan Labuan Bajo, kami langsung membeli tiket dan bertolak dari Labuan Bajo pada saat itu juga. Tidak beruntung, kami mendapat ferry KMP Cakalang yang merupakan kapal ferry yang sangat kumuh.
Sekitar pukul 15:30an kami tiba di Pelabuhan Sape. Karena sudah berhari-hari tidak mandi, kami singgah sebentar untuk menumpang mandi di Hotel De Aussaf. Bertolak dari De Aussaf sekitar pukul 16:30 dan lanjut menuju Pototano.
Cuplikan Jalan Labuan Bajo-Ruteng
Kami sempat mampir di Masjid besar di Ruteng untuk meluruskan kaki sebentar,Contoh medan jalanan di Flores (bisa di cek di Maps) |
Foto bintang di Ruteng |
Kami mampir shalat subuh di suatu masjid yang letaknya sudah tidak jauh dari kota Ende. Setelah bertolak dari masjid, jalanan yang semula dikelilingi bukit-bukit. Sekarang kami disuguhkan pemandangan pesisir Selatan Pulau Flores yang apik.
Ende sudah dekat
Kami mampir sebentar menikmati pagi hari di pesisir pantai Selatan pulau Flores. Karena bensin sudah menipis, kami langsung mampir di pom bensin di pinggiran kota Ende. Mobil dan motor yang mengantri sudah banyak. Setelah bertanya kepada pengendara motor yang sedang mengantri. Ada pom bensin satu lagi di dalam kota. Kami meninggalkan pom bensin tersebut dan menuju pom bensin yang ada di kota Ende.
Rencana awal kami dari Jakarta sampai kemari yaitu ke pulau Timor bahkan sampai ke Dili ibukota Timor Leste. Dari hari hari sebelumnya kami sudah tidak yakin akan kapal yang menyebrang dari Ende ke Kupang. Dikarenakan jadwal yang tidak jelas karena dikelola oleh perusahaan non pemerintah (PT.Flobamor) juga ombak dan cuaca yang tidak menentu di perairan NTT. Ende adalah salah satu tempat berlabuhnya kapal penumpang dari pulau Timor yang ada di Flores. Meski tidak yakin dengan adanya kapal, kami mengunjungi pelabuhan penumpang lokal. Memang ternyata sesampai di pelabuhan, tidak terlihat ada aktivitas apa apa. Sehingga kami harus merencanakan perjalanan selanjutnya selepas dari Ende.
Dari pelabuhan selagi memikirkan perjalanan, kami singgah sarapan di warung nasi di tengah kota. Akhirnya kami memutuskan untuk mengunjungi tempat wisata yang tidak terlalu jauh dari Ende yaitu taman Nasional Kelimutu. Sekitar 40-50 Km dari pusat kota Ende menyusuri jalan utama ke arah Maumere. Lalu dilanjutkan sekitar 10 km masuk kedalam taman Nasional Kelimutu dengan jalan kecil yang luar biasa tikungannya. Dapat ditempuh sekitar 2 jam dari kota Ende
Pemandangan jalan menuju Kelimutu |
Sesampai di atas, cuaca mendung sehingga sangat dingin. Pada saat kami datang pada pukul 10an tidak terlalu ramai karena Kelimutu ini ramai dikunjungi saat sunrise. Mendaki sampai ke kawah ketiga cukup landai dan sudah tersedia tangga,sehingga mudah sampai ke puncak ketiga meski cukup menguras tenaga. Saat kami menuju ke puncak ketiga, kabut turun sehingga kawah tidak terlihat jelas. Sampai atas terdapat semacam monumen puncak dari gunung Kelimutu, dimana kita bisa melihat ketiga kawah gunung Kelimutu yang terbilang unik warnanya.
Monumen Kelimutu |
Selang beberapa menit, kabut mulai menghilang. Pemandangan ketiga kawah Kelimutu mulai terlihat dengan jelas.
Saat menuju kebawah, kami mendengar teriakan salah satu pengunjung. Salah satu bapak dari rombongan keluarga itu tampak meneriaki beberapa pengunjung yang berfoto-foto di tepi kawah yang seharusnya dilarang. Dari kejauhan bapak ini berteriak dari puncak kawah kepada beberapa rombongan yang berfoto-foto di area terlarang itu untuk segera meninggalkan area tepi kawah tersebut dengan nada yang galak. Bapak tersebut beserta rombongannya menghampiri turun kebawah , kami ikut turun kebawah berusaha mencari tahu apa yang terjadi. Rombongan yang barusan berfoto di pinggir kawah tersebut naik ke atas dan berpapasan dengan kami dan bapak yang meneriakinya. Bapak tersebut bersikeras untuk memperingati dan melarang untuk meninggalkan zona aman. Rombongan tersebut tampak menggerutu dan mengiyakan bapak tersebut. Kami menghampiri bapak tersebut, katanya kondisi baru-baru ini berbahaya karena cuaca yang tidak menentu dan angin yang tiba-tiba sangat kencang.
Sampai bawah kami singgah di warung dekat pintu masuk. Kami ngopi sambil mengobrol dengan salah satu penjual. Memang baru-baru ini terjadi kecelakaan di Kelimutu. Ada beberapa orang yang nekat untuk bunuh diri dengan loncat ke dalam kawah. Memang kawah ini tidak terlihat berbahaya . namun kawah ini menimbulkan gas-gas yang beracun sehingga korban sangat sulit untuk diselamatkan. Setelah bercerita akan kejadian diatas tadi, kata seorang penjual di warung, ternyata bapak tersebut adalah seorang polisi hutan.
Setelah mengobrol lama dengan penjual kopi di warung tersebut, katanya ada tempat pemandian air panas di bawah. Ada 2 yang satu namanya kolorongo, yang satu lagi saya lupa. Lebih baik ke kolorongo katanya, karena tidak semua orang tahan air panas yang ada di pemandian satunya. Setelah berpisah dengan beliau, kami langsung menuju pemandian air panas kolorongo tersebut. Kami kira seperti halnya pemandian air panas yang ada di Jawa barat, terdapat kamar-kamar yang tersedia air panas didalamnya. Ternyata kolorongo hanya sebuah kolam kecil ditengah sawah tanpa ada orang yang mengelola. Kami sangat betah berlama-lama di dalam kolam, dari dinginnya suasana di Kelimutu masuk kedalam kolam berasa sangat rileks, selain itu juga karena kami belum sempat beristirahat dari Sape.
Kolorongo |
Matahari mulai naik dan semakin panas, selesai mandi ,kami meneruskan perjalanan kami ke Maumere , Kab. Sikka
Etape 4 , Ende - Maumere
Bertolak dari pemandian Kolorongo sekitar pukul 2 siang. Perjalanan lancar dengan kondisi jalan yang cukup baik. Seperti ruas-ruas jalan di Flores lainnya, jalan berliku-liku tajam dan sempit.
Kami mendapat referensi dari internet , ada tempat wisata yang wajib di kunjungi di Kab. Paga ini, yaitu Pantai koka. Namun, pada saat itu , bensin sudah tipis, dan kami belum makan siang. Kami terus melanjutkan perjalanan sampai ke Maumere. Perjalanan kira-kira ditempuh sekitar 3 jam dengan jarak 95 Km
Tepat pukul 5 sore, kami sampai di Maumere , kami singgah di warung makan padang Surya Family di tengah kota.
Kami memutuskan untuk bermalam di Maumere, karena sudah cukup lelah menyetir dari Labuan bajo. Setelah melihat beberapa penginapan di sana, kami check-in di Capa Resort Maumere. Letaknya di pinggir pantai, sekitar 7-8 Km dari tengah kota. Resort ini dikelola sangat baik , dan kebanyakan wisatawan asing yang menginap di Capa Resort ini. Malamnya kami tidak kemana-mana karena sudah kelelahan. Didekat kamar ada tempat duduk-duduk yang menghadap ke laut, sambil ngopi dan ngemil pisang goreng.
Tepat pukul 5 sore, kami sampai di Maumere , kami singgah di warung makan padang Surya Family di tengah kota.
Capa Resort Maumere |
Etape 5, Maumere - Larantuka
Pagi-pagi setelah sarapan, jalan-jalan di pinggir pantai. Kami checkout sekitar jam 8:30. Dan tujuan kami langsung ke Larantuka. Pemandangan selama perjalanan dihiasi oleh Pantai-pantai di Utara Flores dan Selatan Flores. Kami berhenti beberapa kali untuk menikmati pemandangan dan berfoto ria.
Kami sampai di Larantuka sekitar pukul 11:30an , habis isi bensin, kami langsung menuju Pantai Weri yang letaknya di bagian paling Timur Flores. Kami tak berlama-lama di Pantai Weri karena siang itu sangatlah terik. Di Larantuka kami pergi shalat dan makan siang di warung makan padang di tengah kota. Sekitar pukul 1:15 kami bertolak dari Larantuka. Tujuan kami selanjutnya adalah kembali ke Jakarta.
Pantai Weri |
Etape 6, Larantuka - Labuan Bajo
Kami langsung tancap gas langsung menuju Labuan Bajo untuk menyebrang ke Sumbawa. Dari Larantuka kami singgah sejenak ke pantai yang tidak sempat kami kunjungi saat perjalanan berangkat, yaitu Pantai Koka. Dari jalan utama masuk ke jalan tanah yang dikelilingi kebun-kebun coklat sekitar 2.5 km. Kalau tidak salah dengan hanya membayar Rp.10000 kendaraan roda empat untuk masuk ke lokasi. Kami sampai di Pantai Koka berfoto-foto dan mengagumi betapa indahnya pantai ini.
Di Pantai koka kami bertemu akan seorang ibu-ibu penjual warung di dekat situ.Yang pada waktu itu kami adalah pengunjung terakhir, dan ia juga akan mau pulang ke rumahnya. Karena kami baru sampai, ia menunggu kami sampai selesai berkunjung. Kami mampir di warungnya sambil ngopi jahe khas Flores. Katanya ibu-ibu itu tidak mau berlama-lama di Pantai, karena katanya angker. Katanya, baru beberapa hari yang lalu ada seseorang yang mencoba berenang di Pantai ini. Padahal dilarang, karena ombak yang sangat besar. Orang tersebut hilang dan baru ketemu jasadnya beberapa hari kemudian. Tidak lama, ada seorang bapak-bapak yang bergabung di tengah-tengah kami. Ia katanya adalah seorang guide lokal dan seorang pemilik penginapan di Pantai Koka. Ia bercerita banyak mengenai Pantai Koka, dan Flores.
Setelah berpamitan, bapak tersebut menganjurkan untuk datang kembali ke Pantai koka lain waktu.
Kami jalan malam, sesampai di Ende, Yasser dan Krisna mencari temannya yang berdagang kain tenun khas Flores. Kami dibawa ke rumah si pedagang tersebut dan memilih kain pilihan yang katanya tidak dijual di toko. Setelah nego harga, karena lapar kami mencari makan malam. Kami makan di warung nasi goreng jawa di pinggir jalan.
Kami berkenalan dengan seseorang di warung tersebut. Kami berbagi pengalaman , dan bercerita banyak. Ia adalah Pak Berto, seorang polisi yang berasal dari Timor dan ditugaskan di Ende. Kami bercerita akan tujuan perjalanan kami ke Timor. Lanjutnya, ia bercerita macam-macam saat ditugaskan di Timor saat konflik. Setelah makan kami bertukar kontak dengan teman baru kami Pak Berto.
Bersama Pak Berto |
Setelah isi bensin , kami jalan malam , dan hanya berhenti singgah shalat shubuh di Masjid yang kami singgahi sebelumnya di Ruteng. Perjalanan cukup lancar sehingga sampai Labuan bajo tepat pukul 8:45 kami sampai di Pelabuhan Labuan Bajo, kami langsung membeli tiket dan bertolak dari Labuan Bajo pada saat itu juga. Tidak beruntung, kami mendapat ferry KMP Cakalang yang merupakan kapal ferry yang sangat kumuh.
Ramainya Labuan Bajo |
Sekitar pukul 15:30an kami tiba di Pelabuhan Sape. Karena sudah berhari-hari tidak mandi, kami singgah sebentar untuk menumpang mandi di Hotel De Aussaf. Bertolak dari De Aussaf sekitar pukul 16:30 dan lanjut menuju Pototano.
Etape 7, Sape - Gilimanuk
Kami singgah sejenak makan siang di warung soto di Bima, lalu jalan malam sampai ke Pototano. Sampai di Pelabuhan Pototano sekitar pukul 1:30 . Di kapal , kami kelelahan dan tidur. Sampai di pelabuhan Kayangan tepat pukul 3:00. Di pulau Lombok kami tidak singgah dimana-mana dan langsung menuju pelabuhan Lembar. Tepat pukul 5:00 sampai Lembar, kami mendapatkan kapal yang cukup besar dan bagus. Kebetulan kapal itu juga tidak terlalu ramai. Setelah shalat subuh di atas kapal, langsung tidur di dek yang cukup besar. Sampai di pelabuhan Padangbai sekitar pukul 9:00.Dari Padangbai kami arah menuju ke Gilimanuk. Lalu kami singgah untuk Shalat jumat di Masjid Agung Tabanan
Sebelum ke Gilimanuk, kami singgah di Tabanan untuk menemui teman lamanya Krisna yaitu Erik. Kami bercerita mengenai perjalanan kami ke Flores. Ia juga bercerita mengenai pertemanannya dengan Krisna. Kami juga disambut dengan segelas kopi Bali. Setelah lama mengobrol, kami bertolak dari rumah Erik langsung menuju ke Pelabuhan Gilimanuk.
Bersama Erik |
Kami sampai di Pelabuhan Gilimanuk sekitar pukul 4:30 WITA dan sampai di Pelabuhan Ketapang pukul 4:20 WIB.
Etape 8, Ketapang - Jakarta
Lepas dari Pelabuhan Ketapang, jalanan tiba-tiba menjadi macet. Jalanan tidak bergerak sama sekali, hanya jalan dari arah lawan yang lancar. Kendaraan-kendaraan lainnya sampai mematikan mesin sakin lamanya tidak bergerak. Sekitar 2-3 jam kami terjebak kemacetan di tengah hutan taman nasional Baluran ini. Setelah tanya-tanya, ternyata ada truk tidak kuat nanjak yang akhirnya mogok di tengah-tengah jalan.
Kami mampir didaerah Situbondo untuk makan malam namanya Warung Setia. Meskipun hanya warung yang biasa disinggahi bus-bus antar provinsi, menyajikan hidangan rawon khas Jawa timur yang mantap. Setelah Shalat dan makan malam, lanjut perjalanan
Kami jalan malam selama di Jawa Timur. Mampir shalat subuh setelah kota Tuban, setelah itu istirahat , mandi , isi bensin di Lasem. Setelah itu lanjut ke Pati untuk sarapan di Nasi Gandul H.A Warsimin yang sudah menjadi langganan ketika mampir di Pati. Lalu, kami berbelanja suplai seperti air putih di toko serbaguna di Pati. Sekitar pukul 8:30 an bertolak dari kota Pati.
Nasi Gandul H.A. Warsimin |
Setelah Semarang , jalanan cukup padat, sehingga perjalanan kami terhambat. Kami mencari jalan alternatif, untuk menghilangkan penat, kami mampir di pinggir jalan makan durian. Sampai di Pekalongan sekitar pukul 14.15. kami mencari makan siang. Setelah makan siang, perjalanan kami kembali terhambat , karena kota Pekalongan katanya kedatangan bapak Presiden , sehingga banyak jalan yang ditutup dan diberlakukan satu arah. Kami berputar-putar di Pekalongan mencari jalan pintas. Namun terpaksa kami bermacet-macet di Pekalongan.
Lepas dari Pekalongan, kami singgah sebentar di SPBU MURI di Tegal, setelah masuk Tol Brebes Timur , perjalanan kembali lancar sampai Jakarta,
Kami sampai di Jakarta pada 8 Januari 2017 pukul 00:38. Perjalanan kami resmi berakhir sampai disini.
Mohon saran untuk blog kami kedepannya
Nantikan juga catatan-catatan perjalanan kami selanjutnya
Terima Kasih (Alix, 2017)
Komentar
Posting Komentar