Langsung ke konten utama

Roadventure 1 : Jelajah Kalimantan


Perkenalan


Berikut ini adalah sharing pengalaman perjalanan kami yang ingin kami share sekiranya dapat berguna bagi teman-teman yang ingin melakukan perjalanan darat lintas batas negara menggunakan kendaraan pribadi.

Uraian berikut hanya berupa copy paste dari jurnal perjalanan tersebut sehingga tidak begitu detail dengan uraian. Perjalanan tersebut kami lakukan pada 18 - 30 Desember 2014, menggunakan Nissan Xtrail keluaran tahun 2006. Kru kami terdiri dari 3 orang, yaitu saya (Yasser, 43 tahun), sahabat saya Krisna (fotografer mantan jurnalis, 43 tahun) dan anak saya (Alix, 13 tahun)


Yasser (kanan), Krisna (Kiri) , Alix (tengah)

Etape 1
Jakarta-Semarang,
18-19 Desember 2014

Pukul 16.10 start dari Meruya. Perjalanan macet berat. pukul 18.45 baru sampai di Rest Area Km 19. Shalat. Minum teh. Alix makan nasi rawon. Belanja air minum & rokok. 19.35 start lagi. Tadi start dari Meruya kilometer menunjukkan angka 110.232. Sekarang jam menunjukkan waktu 21.46 tapi jarak yang ditempuh baru 175 kiloan. Macet lagi gara2 perbaikan jalan di Pamanukan. Pukul 00.00 keluar tol Pejagan. Mampir makan sate kambing muda di Warung Bang Kumis.
01.00 berangkat lagi, baru jalan +/- 1 km macet total. Menurut info dari pengendara arah lawan, kemacetan sangat panjang & disarankan untuk putbal lalu mengambil jalur alternatif ke Semarang melalui Slawi. Hujan deras & banyak melalui genangan air yang lumayan tinggi. Sepanjang jalan masih terdapat titik-titik kemacetan karena perbaikan jalan yang mengharuskan penggunaan sistem memakai jalur secara bergantian.
04.00 tiba di masjid Al Fairus Pekalongan untuk shalat Subuh. Rencananya menunggu tukang jajanan yang biasanya banyak mangkal disini menjelang fajar, namun hari ini tidak nampak, mungkin karena turun hujan.
04.30 berangkat lagi.
07.00 sampai di pelabuhan Tanjung Mas, menunggu Pak Rusyidi agen muatan kapal membawakan tiket KM Egon, kapal ro-ro PT Pelni, untuk menyeberangkan ke Kumai, Kalimantan Tengah.



KM Egon 




Etape 2,
Semarang - Kumai , 19-20 Desember 2014
10.30 mobil naik ke kapal.


Kelas 3 

Dek Kapal 

Pukul 11.10 KM Egon bertolak dari pelabuhan Tanjung Mas, Semarang menuju Kumai, Kalteng. Kapal ini dikenal sebagai kapal terbaik yang melayani jalur Semarang - Kumai karena lebih besar, cepat dan tahan gelombang laut dibanding kapal lainnya.
Hanya ada 2 kelas penumpang pada kapal ini yaitu kelas 3 & 2. Kelas 3 bertarif Rp. 370.000 per orang dengan fasilitas tempat tidur "tatami" (istilahnya meniru gaya Jepang, namun yang dimaksud sebenarnya tidur di karpet) dan dapat makan 3 x sehari. Untuk kelas 2 dapat kasur sehingga lebih nyaman. Daya tampung kendaraan pada kapal ini sampai 40an. Tarif kendaraan di atas 2,000 cc termasuk satu orang penumpang sebesar Rp. 4,300,000.


Sarapan Pagi di Kapal 
Setelah sarapan, banyak penumpang ke dek atas, melihat daratan Kalimantan sudah tampak.

Kapal Berlabuh di Kumai


Penumpang berbondong-bondong turun dari Kapal 


Patung Panglima Utar di Kumai

06.00 pagi kapal sudah mencapai teluk Kumai dan sejam kemudian mulai masuk ke muara sungai Kumai.
09.30 kapal merapat. Penumpang tanpa kendaraan turun terlebih dahulu disusul dengan penumpang berkendaraan roda dua kemudian roda empat.
10.00 akhirnya keluar dari kapal.



Etape 3,Kumai-Entikong, 20 Desember 2014


Jalan Kumai-Traju 

Jalan Kumai-Traju 


Sungai yang bersih tempat kami mandi 

13.30 mampir makan & belanja logistik di Kudangan, +/- 190 km dari Kumai. Sehabis makan, diantar seorang penduduk setempat untuk mandi di sungai.Setelah shalat, pukul 14.30 perjalanan dilanjutkan.

Warung makan nasi goreng di Kudangan 


Jalan menuju Perbatasan Kalimantan Barat


Perbatasan Kalimantan Tengah dengan Kalimantan Barat 

20.30 tiba di Traju. Antri untuk naik ke KMP Seluang untuk menyeberangi Sungai Kapuas ke Tayan. Ongkos untuk mobil sebesar Rp. 70,000. Lama penyeberangan hanya 20 menit namun lama menunggu sampai kapal penuh baru berangkat.

Kapal Ferry Traju-Tayan 

Di kapal dapat info dari penumpang lain bahwa Tayan adalah jalur yang dilewati kendaraan dari Pontianak untuk mencapai Entikong, perbatasan RI - Malaysia. Itinerary langsung berubah. Tidak jadi ke Pontianak tetapi langsung ke Entikong. Hanya saja ada info yang kurang enak mengenai rawannya keamanan pada jalur Tayan ke Entikong. 
21.15 tiba di Tayan. Isi bensin eceran karena SPBU sudah tidak ada yang buka. Setelah mampir untuk shalat, kami ngopi di warung sambil mencari tambahan informasi mengenai kondisi jalan ke Entikong. Ternyata ruas Tayan sampai ke Simpang Sosok (ke arah Entikong) rusak parah sepanjang +/- 30 km. Namun masalah keamanan menurut info dari pemilik warung sudah tidak lagi seperti yang digambarkan oleh penumpang kapal yang ngobrol dengan kami.
ngopi di tayan

21.50 berangkat menuju Entikong. Jalan rusak berat seperti info yang kami dapat.
01.00 tiba di Entikong. Makan malam di warung terdekat dengan gerbang perbatasan yang masih buka. Setelah itu tidur di mobil sambil menunggu subuh & gerbang imigrasi dibuka pada pukul 05.00 pagi.


Jalan Menuju Entikong (diambil saat pulang) 

Imigrasi Entikong-Tebedu
(sumber:google 2014)

Etape 4, Entikong-Miri 21 Desember 2014

 Pinggir jalan masih banyak hutan lebat, melainkan di Indonesia sudah banyak kebun-kebun sawit


05.30 start masuk ke imigrasi. Tanpa kesulitan apapun kami diperbolehkan masuk ke wilayah Kerajaan Malaysia. Isi bbm di dekat perbatasan, langsung menuju arah Bandar Seri Begawan.
09.00 waktu Malaysia (WITA) mampir di rest area Sungai Tenggang +/- 110 km dari perbatasan. Makan Mie Itik & kopi O bertga hanya bayar RM 17,70 rasanya sangat berbeda dibandingkan sewaktu perjalanan kami di Kalimantan wilayah RII. Selain disini jauh lebih murah, rasanyapun jauh dari sekedar memasak asal-asalan untuk dijual. Mungkin juga kami yang kurang selektif pada saat memilih warung makan selama di Kalteng dan Kalbar. 


Warung Makan Mie Itik di Sungai Tenggang 

10.00 kami meneruskan perjalanan.
11.30 mampir di rest area Betong untuk mandi, ngopi dan shalat. Di rest area Betong ini sangat lengkap, terdapat tempat makan, mushalla, bahkan toiletnya terdapat tempat untuk mandi. Berbeda dengan rest area pada umumnya yang ada di Indonesia.
12.45 lanjut perjalanan.
15.05 mampir di daerah Sibu untuk makan siang. Nasi lemak dan Iced Chinese Tea. Total bertiga RM 19,8.

Foto bareng di Sibu 
15.45 perjalanan dilanjutkan.
17.55 sampai di Tatau. Mampir ngopi & shalat.

Foto lagi di Tatau
18.50 berangkat lagi.

20.50 mampir di pasar Similajau untuk makan. Menunya pangang-panggangan ayam, ampela, brutu ayam dimakan dengan pulut (ketan) yang dibungkus dengan daun pisang dan dibakar. Total RM 28.
21.10 perjalanan dilanjutkan. 
23.40 sampai di Miri, mampir isi bensin kemudian menuju Sungai Tujuh Checkpoint untuk masuk wilayah Kerajaan Brunei Darussalam. Sampai di gerbang tol Sungai Tujuh sekitar pukul 24.10, ternyata kami diberitahukan bahwa imigrasi sudah tutup dan baru buka pukul 05.30 keesokan harinya. Kami putuskan untuk mencari hotel untuk bermalam. Setrlah berputar-putar akhirnya diputuskan untuk memilih hotel MI Boutique Inn yang tidak terlalu jauh dari jalur ke perbatasan. Tarif untuk kamar yang tersedia dan cocok buat kami bertiga adalah yang seharga RM 129 dengan fasilitas 1 queen bed + 1 single bed.

Etape 5, Miri, 21 Desember 2014

10.10 check out lalu sarapan di RM Cahaya Taufik yang milik orang Indonesia. Total makan bertiga habis RM 29.
11.10 berangkat menuju perbatasan. 

Jembatan Perbatasan Malaysia 
Sungai Tujoh Checkpoint
11.25 kami sampai di Sungai Tujuh Checkpoint Imigresen Malaysia. Pada saat menyerahkan paspor untuk dicap exit dari Malaysia baru ketahuan bahwa paspor kami belum dicap oleh pihak imigrasi Malaysia di Entikong. Berarti kami adalah imigran ilegal sejak masuk wilayah Malaysia kemarin. Untuk itu kami diminta mengurus ke kantor imigrasi di Yulan Plaza di kota Miri.
12.10 kami tiba di Yulan Plaza dan segera menemui petugas Unit Paspor dan menjelaskan permasalahan kami. Ternyata mereka tidak berwenang untuk mengendorse langsung entrance permit kami melainkan harus diberitaacarakan dahulu pada unit Penguat Kuasa Imigresen di gedung Wisma Persekutuan.
12.30 berangkat ke Wisma Persekutuan. Tiba disini ternyata ada tempelan kertas di bagian Penguat Kuasa yang memberitahukan bahwa pejabat yang berwenang sedang tugas keluar kantor dari pagi dan baru akan mulai bertugas kembali pada pukul 14.00. Jadi kami ke Masjid At Taqwa yang berada di sebelah Wisma Persekutuan untuk shalat sekaligus melihat-lihat masjid kuno tersebut.



14.00 kami kembali ke kantor unit Penguat Kuasa dan bertemu petugas.setelah menunggu sekitar 20 menit, kami diminta menunjukkan bukti dalam bentuk apapun yang menunjukkan bahwa kami masuk ke Malaysia dengan menggunakan kendaraan sendiri, baik itu berbentuk struk pembayaran tol maupun struk pembelian bensin dalam perjalanan kami sejak masuk wilayah Malaysia kemarin. Kamipun mencari di mobil dan akhirnya dapat beberapa bukti pembayaran tol di Sibu dan pembelian BBM di SPBU Petronas. Bukti-bukti tersebut dianggap cukup, namun kami harus menunggu pejabat yang akan membuat berita acara terhadap kami yang masih berada di luar kantor. Seelah menunggu, akhirnya pejabat tersebut datang. Yang pertama dipanggil adalah Alix, namun setelah melihat bahwa dia ternyata masih anak-anak maka dipanggillah saya sebagai orang tuanya bersama-sama dalam wawancara berita acara.
Pejabat ini, yang belakangan saya ketahui bernama Pak Syahri, mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan daftar yang dimilikinya sambil menulis pertanyaan tersebut dan jawaban saya ke selembar kertas yang kemudian saya tandatangani. Pertanyaan cukup banyak dan memakan waktu sampai 20 menitan. Setelah selesai, kami diminta kembali ke Yulan Plaza untuk mengambil paspor kami yang dibawa oleh staf kantor sini untuk dicap.
Sesampai di Yulan Plaza kami diminta untuk mengisi formulir lagi dan akhirnya paspor kami selesai dicap.
16.30 berangkat menuju Sungai Tujuh kembali. Setibanya di Sungai Tujuh kami bertemu petugas imigrasi yang siangnya menemukan bahwa paspor kami belum dicap oleh petugas imigrasi Malaysia di Entikong. Kali ini dia mengajak ngobrol dengan bersahabat dan mempersilakan kami melanjutkan ke imigrasi Brunei Darussalam.


Jembatan Sungai Tujuh 

Etape 6, Miri-Bandar Seri Begawan


Imigrasi Brunei Darussalam 

Setelah mengantre cukup panjang akhirnya kami sampai di loket pemeriksaan paspor pada pukul 17.30. Setelah lolos imigrasi kami ke pemeriksaan bea & cukai (customs). Kali ini ternyata kami belum mengurus kartu pas kendaraan untuk melintas batas dan harus segera kami urus saat itu juga. Petugas yang mengurus kartu pas kendaraan pelintas batas sangat kooperatif dan kami segera dapat melanjutkan perjalanan pada pukul 18.10.
18.30 mampir shalat di gerbang tol Lebuh Raya Muara - Tutong.
19.00 kami lanjutkan perjalanan ke Bandar Seri Begawan. 
Kami baru menyadari bahwa ada kesalahan lagi yaitu belum menukar uang kami ke BND. Pada saat bayar tol baru kelabakan. Untung petugas tol yang baik hati membolehkan kami membayar dengan RM. 
Setiap beberapa Kilometer ,uniknya di Brunei terdapat tulisan berbahasa arab yaitu Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar

Dalam perjalanan ke BSB kami mencari info dimana ada money changer agar kami dapat membeli Brunei Dollar. Ternyata money changer disini rata-rata sudah tutup pada pukul 18. Jadi kami putuskan bermalam di hotel berbintang yang menerima kartu kredit dan dapat menukarkan US Dollar kami ke Brunei Dollar.
20.30 tiba di BSB. Radisson Hotel adalah hotel pertama yang kami lalui dan kami putuskan check in disini. Tarif semalam untuk kami bertiga (kamar deluxe twin bed + 1 extra bed) adalah USD 137,5. USD 100 kami tukar dengan rate hotel (yang lebih jelek daripada money changer tentunya) dan kami menerima BND 120. Lumayanlah untuk beli makan malam.
Setelah mandi, kami keluar untuk mencari makan malam dengan berjalan kaki. Di BSB ini banyak terdapat foodstall yang buka sampai jauh malam, sampai jam 2-3 dinihari. Kami memilih foodstall yang jaraknya hanya 5 menit jalan kaki dari hotel. 3 porsi nasi dan ayam bakar + 1 teko ice lemon tea kami bayar BND 14.

Etape 7, Bandar Seri Begawan-Tawau,Malaysia, 23 Desember 2014

Perjalanan Kami tidak berakhir sampai BSB saja.Kami mendengar kabar bahwa sudah ada jalan menuju indonesia melalui perbatasan Tawau,Malaysia dengan Pulau Nunukan Indonesia.Agar bisa mengelilingi full pulau kalimantan, jadi kami memutuskan untuk menuju tawau.
16.15 berangkat dari hotel dengan tujuan ke Tawau. Setelah isi bensin di Bunut, kami mencari tempat makan dahulu. Kami menemukan warung Nasi Katok milik orang Indonesia. Total bertiga BND 17,60. Walaupun mata uang Brunei adalah Brunei Dollar, warga setempat tetap menyebutnya dengan Ringgit. 
17.00 kami lanjutkan perjalanan.
17.30 tiba di Kuala Lurah yang merupakan perbatasan antara Kerajaan Brunei dengan Malaysia. Antri panjang namun tertib. 18.00 kami masuk wilayah Malaysia lagi.


17.00 kami lanjutkan perjalanan.
17.30 tiba di Kuala Lurah yang merupakan perbatasan antara Kerajaan Brunei dengan Malaysia. Antri panjang namun tertib. 18.00 kami masuk wilayah Malaysia lagi.
19.00 kami sampai di Limbang yang merupakan perbatasan antara Malaysia dengan Brunei lagi. Kembali kami masuk wilayah Brunei.
19.50 setelah mampir shalat & ke toilet, perjalanan kami lanjutkan menuju ke perbatasan Brunei - Malaysia berikutnya.
20.10 kami tiba di perbatasan dan masuk wilayah Malaysia kembali.
21.00 kami memasuki kota Lawas untuk membeli SIM Card telepon lokal sekaligus makan malam. Makan malam kali ini, Alix memilih menu Nasi Kari Ayam dan Ice Lemon Tea, Krisna memilih Laksa Malaysia dan Teh C sedangkan saya sendiri hanya minum Kopi O .
22.15 perjalanan kami lanjutkan menuju Tawau melalui Keningau

Imigrasi Sarawak-Sabah (sumber:Google)
23.00 kami tiba di batas negara bagian Sabah (sebelumnya di Serawak). Kami heran karena dihadang pagar besi setinggi kurang lebih 2 meter berwarna hijau. Sebuah mobil Malaysia di depan kami pengemudinya turun dan membuka pagar tersebut kemudian masuk ke dalamnya. Kamipun mengikutinya. Di dalam terlihat pos-pos layaknya pos imigrasi yang kami temui beberapa hari ini. Kemudian ada tulisan Pos Imigresen. Setelah mencari tahu dari petugas keamanan yang bertugas kami baru tahu bahwa jika warga negara asing yang melintas batas negara bagian ternyata harus dicap juga paspornya. Petugas keamanan tersebut sambil meminta maaf dan mengatakan tidak bermaksud untuk mempersulit kami, meminta kami untuk memutar kendaraan karena pos imigrasi tersebut sudah tutup. Kamipun memutar kendaraan kembali menuju ke Lawas untuk bermalam karena pos imigrasi baru buka kembali pukul 06.00 esok pagi. Selain itu pertimbangan kami adalah kami tidak ingin pengalaman kami yang lolos cap dari imigrasi Entikong/Tebedu terulang kembali.

23.30 kami check in di Hotel Seri Malaysia, Lawas.

Etape 8, Lawas-Entikong, 24-25 Desember 2014


Pada saat sarapan pagi kami merundingkan rencana perjalanan berikutnya. Setelah kami pertimbangkan banyak hal akhirnya kami putuskan untuk kembali ke Indonesia via jalur kedatangan kami. Namun sebelumnya kami ingin masuk negara bagian Sabah dahulu untuk melihat-lihat sekaligus menambah koleksi cap di paspor kami terlebih dahulu.
10.00 kami check out dan segera berangkat ke arah perbatasan Serawak - Sabah.
10.30 paspor dicap imigrasi Sabah.
11.00 mampir di pantai kota Sipitang.

Pantai Sipitang 

Bertemu dengan sesama orang Indonesia di Sipitang

12.00 berangkat kembali arah balik ke perbatasan Sabah - Serawak.
Setelah melalui rute yang kami tempuh pada saat berangkat dari Entikong sampai ke perbatasan Sabah (kecuali beberapa km setelah Kuala Lurah, kami melalui jalur alternatif mengikuti GPS sehingga tidak melalui kota Bandar Seri Begawan dan dari Miri ke Bintulu), kami akhirnya tiba di Entikong perbatasan antara RI dengan Malaysia pada pukul 12.30 WIB tanggal 25 Desember 2014. Perjalanan sejauh 4000 km tersebut penuh perjuangan karena kondisi mobil kami kemudikan dalam keadaan indicator engine check menyala sejak 63 km sebelum kota Bintulu, atau sekitar 600 km dari Entikong. Selain itu mobil sempat mengalami masalah dengan throttle body sampai sekitar 2 jam kami harus berhenti untuk mengutak atik agar pedal gas dapat berjalan normal kembali. Reparasi sementara tersebut menyebabkan sisa perjalanan kami harus kami tempuh lebih lama karena harus mempertahankan posisi pedal gas tidak diinjak terlalu dalam, sehalus mungkin dan menjaga kecepatan tetap konstan. 

Selain itu ada insiden lain yaitu saat kami akan menunaikan shalat Subuh di salah satu pompa bensin Shell di Sibu kami didatangi 2 orang oknum polisi Diraja Malaysia yang intinya mau meminta uang dengan mencoba mencari-cari kesalahan sambil menggeledah mobil kami. Namun karena tidak mendapatkan apapun mereka akhirnya pergi dengan tampang kesal.


Foto terakhir sebelum meninggalkan Malaysia


Etape 9, Entikong-Pangkalan Bun,25-26 Desember 2014

Setelah makan siang dan shalat, pukul 14.00 perjalanan di Kalimantan wilayah RI dimulai lagi.
Pukul 03.00 sekitar 200 km sebelum Pangkalan Bun mobil kami bermasalah lagi. Kami putuskan untuk beristirahat sambil menunggu pagi. Setelah reparasi seadanya mobil dapat berjalan normal kembalid dan pada pukul 06.00 kami melanjutkan perjalanan menuju Pangkalan Bun.
08.00 mampir sarapan di Lamandau. Soto Lamongan sangat cocok untuk sarapan kami pagi ini.


09.00 setelah makan sepertinya kami makan terlalu banyak sehingga kami harus buang air besar di salah satu pom bensin, kami kaget saat melihat pom bensin tersebut.Pom bensin itu sangat penuh dengan antrian mobil yang sangat banyak.

10.00 kami tiba di Kumai untuk mencari tiket kapal ke Semarang.
11.00 kami tiba di Swissbel Inn Pangkalan Bun untuk check in. Hari ini kami isi dengan shalat Jumat,
Malamnya kami jalan-jalan disekitar Kota Pangkalan Bun, untuk ganti oli dan belanja oleh-oleh


Etape 10 ,Kumai-Semarang,27-28 Desember 2014


07.30 kami check out dan langsung berangkat ke Kumai yang jaraknya hanya 20 menit dari Pangkalan Bun.
Di tengah jalan kami dikabari agen kami bahwa KM Egon telah tiba di Kumai.
Kami menunggu cukup lama untuk dapat menaikkan mobil ke atas kapal karena ada truk sejenis Fuso dari Semarang yang tidak dapat turun dari kapal akibat patah as. Setelah memindahkan sebagian muatannya ke beberapa mobil pick up, akhirnya truk tersebut dapat keluar dari kapal.
Pada perjalanan pulang kami upgrade ke kelas VIP

11.15 KM Egon bertolak menuju Semarang. Kendaraan yang diangkut dalam pelayaran ini tidak sebanyak pada saat pelayaran kami dari Semarang. Masih terdapat banyak tempat lowong di dek kendaraan. Namun penumpangnya jauh lebih banyak dibandingkan sewaktu dari Semarang.

Penumpang tidur di anjungan, lorong-lorong sampai di dek atas yang tidak ada atapnya.
28 Desember 2014 pukul 10.00 akhirnya KM Egon merapat di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Selanjutnya perjalanan kami di pulau Jawa kembali menuju Jakarta tidak kami ceritaka secara detail karena isinya adalah wisata kuliner di daerah-daerah seputaran Jawa Tengah.


Masjid Raya Kudus

30 Desember pukul 04.30 pagi kami tiba di Jakarta. Alhamdulillah, syukur atas segala nikmat & keselamatan dalam perjalanan kami. Yang terbayang sekarang ini adalah rencana perjalanan - perjalanan berikutnya. (Yasser, 2015)



Komentar

  1. Mohon info... Ketika melewati perbatasan Indonesia - Malaysia, apakah adalah masalah ketika pendaftaran kendaraan?... Sebab yang masuk adalah kendaraan ber plat B.

    Terima Kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saat kami melewati perbatasan indonesia-malaysia kami tidak mendapat masalah apapun walaupun kendaraan kami ber plat B. Kami kurang tahu yang namanya pendaftaran kendaraan, mungkin karena saat itu kami melewati imigrasi Tebedu (Malaysia) tanpa cap paspor (bisa dilihat ceritanya diatas). Btw Terima Kasih telah membaca

      Hapus
  2. Mohon info
    Klo boleh tahu berapakah total bugdet yang di keluarkan secara keseluruhan ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tahun 2014 lalu tiket kapal sekitar 5 juta rupiah untuk kendaraan kami. Tiket sudah termasuk Tiket untuk 1 penumpang, sedangkan penumpang lainnya sekitar 100-200 ribu per kepala. Untuk pengeluaran atas penggunaan BBM, tergantung jenis kendaraan yang digunakan. Sebagai tambahan informasi, pada saat kami di Kalimantan, SPBU Resmi sudah tutup sebelum pukul 18.00 sehingga jika diatas pukul 18.00 kami harus mengisi BBM, kami terpaksa membeli BBM dari pengecer di pinggir jalan dengan tarif 12000 rupiah per liter (pada waktu itu). Untuk akomodasi , tergantung pada selera masing-masing, karena selama perjalanan banyak pilihan tempat untuk makan dan menginap dari yang kelas backpacker sampai dengan kelas mewah. Untuk makanan yang agak mahal sepanjang kalimantan wilayah Indonesia, diluar ibukota provinsi. Pada saat itu kami menghabiskan kurang lebih sekitar 30 juta rupiah total sampai kembali ke Jakarta.

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Perjalanan yang seru, STNK BPKB faktur kendaraan apakah yang harus dibawa saat melintas memasuki malaysia? dokumen apa saja yang harus disiapkan selain passport tentu nya.
    perjalanan anda sungguh mengispirasi saya untuk mencapai Bangkok dari jakarta dengan mobil pribadi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selama perjalanan anda masih di area ASEAN, yang diperlukan yaitu Passport dan surat-surat kendaraan. Wah rencana sampai ke Bangkok asik tuh,kalau dari Sumatera ke daratan malaysia kami agak ragu mengenai kapal roronya.
      Terimakasih sudah membaca. Btw kalau ada informasi mengenai kapalnya sharing ya mas hehehe

      Hapus
  5. Sampai saat ini masih belum ada kapal roro dari sumatera ke daratan semenanjung, malaysia, ada rencana kapal roro dari Dumai ke Melaka, tetapi belum ter realisasi, saya sudah sempat telp ke pelabuhan Dumai(riau) yg ada baru kapal cepat untuk penumpang saja, kalau motor, bisa di bawa pakai kapal tersebut.
    salah satu cara adalah kirim mobil ke singapura via container, sementara saya belum dapat jalur yang pasti, kalau pakai container sepertinya harus pakai CPD-Carnet untuk dokumen mobil nya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah kami bahkan belum tahu yang namanya CPD, terima kasih atas infonya, semoga berhasil perjalanannya

      Hapus

Posting Komentar

POPULAR

Roadventure 2 : Keliling Sumatra Part 1

Perkenalan Krisna-Yasser-Yudhi-Alix Kali ini kami melakukan perjalanan jalan darat kedua kalinya. Perjalanan ini kami lakukan pada 18 Desember-30 Desember 2015. Seperti pada tahun sebelumnya saat kami melintasi Malaysia,Brunei,dsb menggunakan Nissan Xtrail keluaran tahun 2006. Kru terdiri dari 4 orang yaitu Yasser (44 tahun), Krisna (44 Tahun), Yudhi (43), dan Alix (14 Tahun).Pada kali ini kami akan menceritakan pengalaman kami melintasi semua bagian Sumatera.

Roadventure 4 : Keliling Sulawesi

Berikut ini adalah sekelumit cerita mengenai perjalanan kami berkeliling Sulawesi melalui jalan darat. Perjalanan kami mulai dari Jakarta pada 15 Desember 2017 dan berakhir kembali di Jakarta pada 1 Januari 2018. Seperti pada perjalanan-perjalanan lintas pulau kami sebelumnya, kami masih menggunakan kendaraan berupa Nissan XTrail T30 keluaran tahun 2005. Anggota kami tetap terdiri dari saya (Yasser, 46 th), anak saya Alix, 16 th dan Krisna, 46 th, ditambah seorang teman saya semasa SD, Muslim, 46 th.

Roadventure 3 : Explore Nusa Tenggara

Akhir 2016 kemarin, kami bertiga (Yasser,Krisna dan Alix) melakukan perjalanan kembali dengan mobil pribadi yaitu Nissan Xtrail yang sering kami gunakan di perjalanan sebelumnya. Pada kesempatan kali ini kami akan menyampaikan cerita perjalanan kami pulang pergi dari Jakarta ke Larantuka. Perjalanan ditempuh sekitar 5000 Km dalam 8 hari.

Roadventure 2 : Keliling Sumatra Part 2

                 Kami akhirnya sampai juga di Pelabuhan Ulee Lheu lagi. Tidak terasa kalau perjalanan dengan kapal cepat berjalan sangat cepat. Sungguh pengalaman yang jauh berbeda dibandingkan dengan menaiki kapal ferry Ro-ro. Setelah itu kami mempersiapkan mobil dan keliling kota Banda Aceh. ETAPE 6 , Banda Aceh - Bukittinggi

Roadventure 2 : Sabang

              Berikut adalah lanjutan cerita perjalanan kami di Sumatera. Kali ini kami akan menjelajahi tempat wisata terkenal di Aceh yaitu Pulau Weh atau biasa disebut Sabang. Perjalanan dimulai dari saat kami boarding kapal menuju Sabang.  Pelabuhan Ulee Lheue – Pelabuhan Balohan 24 Desember 2015                         Berfoto di Ferry Akhirnya ferry kami datang. Dermaga menuju ferry sudah dipadati oleh wisatawan lokal maupun asing. Dan juga dipadati oleh kendaraan bermotor yang sudah mengantre 2 hari yang lalu. Kapal yang kami dapat adalah KMP Tanjung Burang. Terdapat 2 ferry yaitu KMP BRR dan KMP Tanjung Burang. Ferry lambat dari Ulee Lheue menuju Balohan membutuhkan waktu 2-3 jam.             Menurut kami, KMP Tanjung burang ini sudah melewati kapasitas maksimum penumpang. Jadi kami hanya dapat beristirahat di koridor dek paling atas yang langsung terjemur oleh sinar matahari. Kami terjemur dibawah panasnya matahari sampai tubuh kami menghitam. Memang penuh