Kami akhirnya sampai juga di
Pelabuhan Ulee Lheu lagi. Tidak terasa kalau perjalanan dengan kapal cepat
berjalan sangat cepat. Sungguh pengalaman yang jauh berbeda dibandingkan dengan
menaiki kapal ferry Ro-ro. Setelah itu kami mempersiapkan mobil dan keliling kota
Banda Aceh.
ETAPE 6 , Banda Aceh - Bukittinggi
Kapal Di Atas Rumah |
PLTD Apung |
Saat berada di kota Banda Aceh
kami tidak menyia-nyiakan waktu untuk mengunjungi tempat wisata. Pertama kami
mengunjungi kapal PLTD Apung yang terdampar di tengah perkampungan. Karena
tempat wisata saat itu tutup, kami mengunjungi kapal terdampar yang satu lagi.
Yaitu objek wisata Kapal di atas Rumah. Saat itu pukul 9 pagi, namun objek
wisata yang terkenal di Aceh itu sudah diramaikan pengunjung lokal maupun
asing. Di salah satu reruntuhan bangunan tersebut menjadi sebuah museum.
Didalamnya terdapat foto-foto yang diambil saat kejadian Desember tahun 2004
tersebut. Dan juga terdapat nama-nama orang yang menghilang dari kampung
disana.
Setelah itu kami mengunjungi
kedai kopi aceh yang telah kami kunjungi sebelumnya yaitu warung kopi solong/jasa
ayah , yang terkenal akan menjual kopi aceh khas ulee kareengnya. Sesampai
disana, melainkan tutup saat kami pertama kali datang namun sekarang sangat
ramai akan pengunjung. Kami datang kesana belum mendapat tempat, sehingga kami
menunggu di dekat pengunjung yang akan selesai meninggalkan mejanya. Setelah
mendapatkan meja, kami langsung memesan kopi ulee kareng yang terkenal itu dan beberapa
makanan kecil lainnya. Kami juga membeli beberapa kopi aceh yang sudah dikemas
sedemikian rupa .
Sumber : Google |
Setelah itu kami pergi ke Masjid
Baiturrahman untuk shalat jumat. Sekarang baru terlihat banyaknya jamaah shalat
jumat di dalam Masjid.
Sehabis shalat, kami membeli beberapa oleh-oleh untuk teman-teman di Jakarta. Di dekat sana terdapat warung nasi, jadi kami makan siang di warung nasi setempat.
Sekitar pukul 2 siang kami
meninggalkan kota Banda Aceh. Kami tidak melewati jalan yang kami lalui saat
berangkat yaitu Lintas Timur, melainkan Lintas Barat Sumatera. Jalan lintas
barat ini tidak seramai lintas timur, namun selama perjalanan kami disuguhi
panorama yang indah dan jalan yang mulus. Jalan yang kami lalui sangat mulus
serasa berkendara selayaknya di jalan tol.
Setelah beberapa saat, terdapat beberapa perbukitan di sekitar kami. Maka jalan yang kami lewati cukup berkelok-kelok tajam. Tetapi jalan tetap mulus dan tidak berlubang. Saat melewati jalan tersebut, kami menemui warung-warung makan di pinggir jalan. Warung tersebut selain menyediakan hidangan, juga menyediakan pemandangan dari atas bukit yang indah. Namun, kami tidak sempat mampir , karena ramai.
Kami cukup terkejut saat kami melihat pantai dengan pasir putih di sisi jalan. Pantai tersebut adalah pantai tak bertuan. Memang selama perjalanan , terlihat beberapa resort di sisi jalan. Jadi kami memutuskan untuk singgah sebentar untuk berfoto-foto. Menurut informasi dari teman dan internet, pantai tersebut adalah pantai Lhoong/ Lhoknga. Pantai tersebut terkenal akan ombaknya, jadi banyak turis asing kesana untuk berselancar.
Kami memasuki kota Meulaboh saat
waktu maghrib. Kami mampir shalat di Masjid Agung di Meulaboh. Setelah shalat
kami istirahat beberapa menit untuk refreshing. Kami mampir ke minimarket untuk
membeli snack dan perlengkapan. Mencari minimarket seperti indoapril dan
betamart cukup sulit. Kami belum makan malam, jadi kami mampir di warung makan
mie aceh terdekat dan segelas Kopi Aceh terakhir di wilayah Aceh.
Pukul 20.30 kami melanjutkan
perjalanan kami menuju perbatasan Sumatera Utara. Setelah beberapa kilometer
dari Meulaboh, kami tidak lagi menyusuri pantai , melainkan mendaki bukit-bukit
yang cukup terjal. Saat itu jalan tidak seramai Banda Aceh- Meulaboh.
Setelah melewati kota Tapaktuan
kami menemukan hal yang janggal dari GPS kami. Setelah beberapa kilometer dari
kota Tapaktuan, terdapat jalan lurus yang panjangnya mencapai belasan
kilometer. Setelah jalanan tersebut kami mampir di kota terdekat untuk ngopi
dan beristirahat sejenak. Bertolak dari kota tersebut, jalanan masih ditemui
yang sangat lurus itu , sampai belok dan mendaki bukit-bukit yang berada dalam
wilayah bukit barisan. Pada dini hari kami melintasi perbatasan wilayah
Sumatera Utara dengan Nanggore Aceh Darussalaam.
Kami beristirahat di pinggir jalan sejenak sampai matahari terbit. Kami sarapan di daerah yang bernama Dolok Sanggul. Di Dolok Sanggul kami makan nasi rames jawa dan mengisi bensin.
Setelah mampir di Dolok Sanggul,
kami meneruskan perjalanan kami. Jalan di Sumatera Utara tidak sebagus jalan di
Aceh. Beberapa ruas jalan sangat sempit dan rusak. Kebanyakan kami melewati
jalan perkampungan. Pemandangannya berbukit-bukit.
Setelah 20-an Kilometer dari
Kota Siborong-borong. Karena kami belum mandi sejak kami dari Sabang,di sebuah
daerah yang bernama Situmeang Hasundutan, banyak tempat pemandian air panas
alami. Terdapat kolam seperti kolam renang namun dengan air panas. Air panas
tersebut diperoleh dari kandungan belerang dan kapur. Saat itu kami datang ke
salah satu tempat pemandian air panas tersebut yang baru saja buka. Kami sempat
mengobrol dengan penjaga kolam, katanya ini adalah kolam terbersih diantara
kolam-kolam yang lain. Beruntung sekali kami bisa mendapatkan tempat tersebut.
Perjalanan terhambat karena
macet saat mau masuk kota Padang Sidempuan. Banyak sekali truk-truk berat yang
berjalan sangat pelan menanjak. Sehingga sangat sulit untuk menyalip karena
jalan yang sempit. Untuk menghilangkan rasa capek , kami mampir untuk makan duren dipinggir jalan. Kami mampir untuk shalat maghrib
di kota Panyambungan yang merupakan masih wilayah Sumatera Utara. Masih tersisa
210 Km lagi menuju Bukittinggi. Medan yang dilalui cukup berat karena banyak
tikungan dan saat itu malam hari. Kondisi jalan tidak terlalu baik.
Sesampai di Bukittinggi pada
dini hari sekitar pukul 1 pagi. Mencari hotel di Bukittinggi pada saat musim
liburan sangat sulit. Semua hotel sudah penuh. Saat mendatangi hotel yang kami
cari, ternyata sudah penuh. Penjaga hotel itu menawarkan kamar kosong seperti
losmen. Kami menolaknya dan segera mencari hotel yang lain. Setelah sampai di
hotel tersebut, hotel juga sudah penuh. Sama dengan penjaga sebelumnya ,
penjaga hotel yang ini juga menawarkan kamar sewaan. Kami butuh istirahat ,
kami tidak istirahat di tempat tidur sejak dari Sabang. Kami setuju dan dipandu
oleh penjaga hotel tersebut menuju kamar sewaan tersebut. Memang kamar sewaan
tersebut tidak terlalu bagus. Kamar mandi diluar, dan kasur yang tidak begitu
nyaman. Namun dengan harga tembakan yang lebih mahal dari hotel. Apa boleh
buat, kami bermalam di tempat itu karena kami memerlukan istirahat.
Etape 7
Bukittinggi – Bengkulu
27 Desember 2015 – 28 Desember 2015
Sebelum melanjutkan perjalanan , kami memutuskan untuk keliling kota Bukittinggi. Yang pertama kami ingin mencoba Nasi kapau Bukittinggi yang khas. Banyak yang menyarankan kami untuk pergi ke Pasar Atas. Jadi kami pergi dari kamar tersebut pukul 9 pagi.
Kami memutuskan ke Pasar Atas di
pusat kota. Di Pasar Atas banyak sekali warung makan Nasi Kapau khas
Bukittinggi tersebut. Cukup membingungkan untuk memilih warung untuk sarapan.
Dan yang cukup ramai yaitu Nasi Kapau Uni Lis yang merupakan warung nasi kapau
yang terkenal di Pasar Atas. Seperti di warung makan nasi kapau biasanya, kami
langsung memesan lauk yang berada di piring kami. Memang nasi kapau bukittinggi
dengan nasi padang berbeda dengan penyajian serta lauk-pauk yang ada. Nasi
kapau Uni Lis sangat direkomendasikan untuk disinggahi saat anda sedang di Bukittinggi.
Setelah itu kami mengunjungi
tempat wisata yang popular di Bukittinggi yaitu Jam Gadang. Jam Gadang
merupakan jam kuno peninggalan masa kolonial Belanda di Bukittinggi. Sesampai
disana kami berfoto-foto di dekat Jam gadang. Karena ramai, kami tidak
berlama-lama disana.
Kami membeli souvenir baju dan balik ke mobil. Saat menuju mobil saat itu sedang gerimis dan jalanan yang macet. Kami melihat sebuah warung Kopi Aceh ditengah kemacetan. Kami memutuskan untuk mampir dan minum 2 gelas kopi untuk mengobati rasa kangen dengan kopi aceh.
Kami membeli souvenir baju dan balik ke mobil. Saat menuju mobil saat itu sedang gerimis dan jalanan yang macet. Kami melihat sebuah warung Kopi Aceh ditengah kemacetan. Kami memutuskan untuk mampir dan minum 2 gelas kopi untuk mengobati rasa kangen dengan kopi aceh.
Kami merencanakan perjalanan
selanjutnya. Awalnya kami mau mengunjungi wisata Kelok 9. Namun Kelok 9 jauh
dengan tujuan kami yaitu Padang. Kami memutuskan untuk pergi menuju kelok
ampek-ampek (44) yang berada di dekat Danau Maninjau. Pukul 11.30 kami
berangkat dari Kota Bukittinggi menuju Danau Maninjau. Selama perjalanan kami
tidak tahu kalau akan disuguhi pemandangan yang apik. Awalnya kami kira hanya
perbukitan biasa, namun lama-lama pemandangan ini semakin keren. Yaitu Ngarai
Sianok, tempat wisata di sekitar pinggir Kota Bukittinggi. Kami tidak sempat
mampir di Ngarai Sianok.
Kami menikmati perjalanan kami
menuju Danau Maninjau. Cukup seru melintasi 44 Kelok ke bawah menuju danau.
Setelah kelok terakhir, kami mengambil belok kanan dan menyusuri danau.
Kami mampir untuk shalat di Masjid di dekat danau. Masjid tersebut cukup besar dan ramai oleh pengunjung danau. Masjid tersebut bernama Masjid Raya Bayur. Kami sampai di Masjid tersebut pukul 13.05 dan meninggalkan masjid pada 13.45.
Kami mampir untuk shalat di Masjid di dekat danau. Masjid tersebut cukup besar dan ramai oleh pengunjung danau. Masjid tersebut bernama Masjid Raya Bayur. Kami sampai di Masjid tersebut pukul 13.05 dan meninggalkan masjid pada 13.45.
Cuaca saat itu mendung, jadi
kami tidak mampir ke tepi Danau Maninjau.Perjalanan kami sekarang menuju Padang. Tidak dengan balik
arah, namun kami tetap lurus sampai Pariaman.
Selama perjalanan, kami melihat
keramaian. Banyak sekali warga lokal yang membawa anjing pemburu. Hampir semua
warga lokal parkir dengan motor di pinggir jalan dengan membawa anjingnya
masing-masing. Kami bertanya pada salah satu warga lokal, bahwa sedang ada
lomba berburu babi didekat sana. Menurut pengetahuan kami babi bukan binatang
buruan warga lokal sana yang merupakan mayoritas muslim. Babi disana diburu
karena tradisi nenek moyang mereka, dan mereka tidak memakannya.
Jalan semakin sempit, dan kami
menemukan sebuah sungai kecil yang sepi. Kami mampir turun ke pinggir sungai
untuk berfoto-foto.
Kami meneruskan perjalanan
sampai menemukan jalan besar yaitu lintas barat sumatera. Kami mampir di Pantai
di dekat Kota Pariaman. Kami hanya berfoto-foto sebentar, lalu melanjutkan
perjalanan.
Kami diajak oleh seorang teman untuk makan bersama di salah satu rumah makan sate padang pariaman yang terkenal di sana. Karena sudah habis, kami diajak makan bersama di warung makan Nasi Sek. Nasi sek adalah makanan khas Pariaman. Mirip dengan masakan khas sumatera barat lainnnya, namun nasi sek lauknya kebanyakan dengan menu seafood. Disajikan beberapa nasi dibungkus dengan daun ditaruh di tengah meja. Layaknya rumah makan Padang, lauk-pauk disajikan semuanya. Rumah makan Nasi Sek yang kami datangi yaitu Gubuk Salero terletak tepat di Pantai barat Sumatera. Sala cumi adalah lauk yang khas dari Pariaman.
Kami diajak oleh seorang teman untuk makan bersama di salah satu rumah makan sate padang pariaman yang terkenal di sana. Karena sudah habis, kami diajak makan bersama di warung makan Nasi Sek. Nasi sek adalah makanan khas Pariaman. Mirip dengan masakan khas sumatera barat lainnnya, namun nasi sek lauknya kebanyakan dengan menu seafood. Disajikan beberapa nasi dibungkus dengan daun ditaruh di tengah meja. Layaknya rumah makan Padang, lauk-pauk disajikan semuanya. Rumah makan Nasi Sek yang kami datangi yaitu Gubuk Salero terletak tepat di Pantai barat Sumatera. Sala cumi adalah lauk yang khas dari Pariaman.
Kami melanjutkan perjalanan
menuju Padang . Perjalanan menuju Padang tidak berjalan mulus. Karena jalan
utama, pasti macet. Kami terkena macet sampai Kota Padang. Bahkan di Kota
Padang pun penuh dengan kendaraan. Di Padang kami singgah membeli oleh-oleh di
Kripik Balado Christine Hakim yang terkenal.
Selepas dari Kota Padang jalanan
semakin macet. Semakin malam, jalanan semakin sepi. Kami sempat berhenti
sebentar di kota Painan. Setelah itu kami melanjutkan menuju Kota Bengkulu non
stop. Kami bergantian menyetir setiap 2 jam. Jalanan menuju Bengkulu cukup
bagus. Tidak banyak yang bisa dilihat dalam perjalanan. Semakin mendekat Kota
Bengkulu jalanan bukan semakin baik, sebaliknya semakin buruk. Jalan berlubang
besar banyak ditemui.
Kami sampai di Kota Bengkulu
pada 28 Desember 2015 pukul 10.40. Kami langsung mencari sarapan di Warung Kopi
Palembang.Ada seorang teman yang mempunyai hotel di Bengkulu. Hotel itu bernama
Dena Hotel. Yasser, Yudhi dan Alix
beristirahat di Hotel. Saat sedang mengecek mobil, Krisna menemukan ban yang
bocor. Krisna membawa mobil ke tambal ban, dan keliling Kota Bengkulu.
Pukul 15.00 kami meninggalkan
Dena Hotel. Kami membeli oleh-oleh khas Bengkulu, dan meninggalkan Kota
Bengkulu. Jalan yang kami lalui cukup baik. Namun banyak sekali
tikungan-tikungan yang sangat tajam.
Kami sampai di perbatasan
wilayah Provinsi Bengkulu dengan Sumatera Selatan pada 18.30. Kami tiba di kota
Lubuklinggau pada pukul 19.00. Ada seorang teman yang mengajak kami untuk makan
malam di rumah makan seafood di Lubuk linggau. Kami mengobrol banyak sampai-sampai
sudah pukul 20.00. Kami melanjutkan perjalanan pada pukul 20.15.
Jalan yang kami lalui cukup
baik. Jalan ini tidak terlalu ramai, jadi banyak yang bilang kalau jalanan ini
rawan akan perampok. Memang dari dahulu, Sumatera Selatan dan Lampung terkenal
akan perampok-perampoknya di jalanan. Namun , kami tidak melihat kondisi itu
selama perjalanan.
Kami sempat berhenti sebentar di
perbatasan kota Sekayu untuk meluruskan kaki.
Terdapat beberapa hal janggal saat menuju Palembang, yaitu menemukan sapi-sapi yang sedang tidur di tengah jalan. Cukup mengangetkan saat melihat sapi-sapi yang tidak dikandangkan tersebut pada malam hari di tengah jalan. Kami melihat tidak hanya satu atau dua sapi, namun banyak seperti satu peternakan tak berkandang.
Terdapat beberapa hal janggal saat menuju Palembang, yaitu menemukan sapi-sapi yang sedang tidur di tengah jalan. Cukup mengangetkan saat melihat sapi-sapi yang tidak dikandangkan tersebut pada malam hari di tengah jalan. Kami melihat tidak hanya satu atau dua sapi, namun banyak seperti satu peternakan tak berkandang.
Selama perjalanan kami sudah
memesan sebuah hotel di Palembang. Kami sampai kota Palembang kurang lebih pada
pukul 2 dini hari. Kami langsung check in di Fave Hotel yang sudah kami pesan.
Etape 8
Palembang – Jakarta
29 Desember 2015 - 30 Desember 2015
Berikut ini adalah bagian
terakhir dari jurnal perjalanan kami.
Setelah sarapan kami checkout
dari hotel. Tujuan kami ke Palembang yaitu untuk ziarah ke makam saudara dari
Yudhi yang meninggal beberapa tahun yang lalu. Sebelum meninggalkan kota
Palembang, kami lagi-lagi diajak seorang teman untuk makan siang di salah satu
restoran pempek Palembang yang terkenal yaitu pempek candy. Pempek candy ini
sudah menjadi brand pempek yang terkenal di hampir seluruh Indonesia dan
pusatnya berada di Palembang. Setelah dari pempek candy, kami juga mencoba
kuliner yang enak di Palembang yaitu Martabak Haji Abdul Rozak (HAR).
Terkenal dengan martabak HAR telur dengan kari kambingnya. Pempek candy dan martabak HAR wajib dicoba saat anda di Palembang.
Terkenal dengan martabak HAR telur dengan kari kambingnya. Pempek candy dan martabak HAR wajib dicoba saat anda di Palembang.
Kami meninggalkan kota Palembang
pada pukul 15.00. Jalan menuju Lampung, seperti jalan yang kami lalui saat
berangkat. Tidak ada perubahan yang besar saat kami pulang maupun berangkat.
Kami sampai di Pelabuhan
Bakauheni pada pukul 01.15 . Tanpa mengantri lama, kami meninggalkan Pulau
Sumatera pada 01.30 . Dek kapal saat itu sangat penuh, jadi kami tidur di
mobil. Pukul 05.15 kami sampai di Pelabuhan Merak dan segera shalat subuh di
Pom bensin terdekat. Pukul 07.00 kami
sampai di Jakarta.
Selesai sudah perjalanan kami di
Tanah Andalas, ikuti terus perjalanan kami yang selanjutnya. Mohon maaf apabila
ada salah kata. Demikian dari kami berempat, Terima Kasih. (Alix, 2016)
Waah menarik sekali perjalanannya gan, kira-kira itu ngabisin biaya berapa pp jakarta-sabang? Terima kasih :)
BalasHapusSaya juga jadi tertarik touring kesana hehe
Minta tips na pa Yasser, jika ingin melakukan trip dr Jakarta - Makasar pertama kali menggunakan mobil pribadi sprti itu, mngkin yg membuat bingung jadwal Kapal yg mengangkut sy menggunakan mobil dr surabaya-makasar dan sebaliknya,, hhe
BalasHapusiya betul, memang informasi yang tertera itu sangat minim, jd memang harus ada effort lebih untuk tau mengenai jadwal2 tsb. Sumber2 info tsb bisa diambil dari internet, telpon ke perusahaan2 kapal, pelabuhan dll.
Hapus